Sabtu, 12 Oktober 2019

Kriteria Yang Menjadikan Jurnal Dapat Dikatakan Karya Ilmiah

Dalam jurnal yang berjudul “EVALUASI KAPASITAS SALURAN DRAINASE PERKOTAAN (Studi Kasus : Daerah Tangkapan Air Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta)”. Terdapat kriteria yang menjadikan jurnal tersebut dapat dikatakan karya ilmiah.

1.   Karya ilmiah memuat gagasan ilmiah
Saluran drainase di Klitren tidak mampu menampung debit banjir yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1)  menghitung debit limpasan (Qp) DTA Klitren dengan kala ulang 2, 5, dan 10 tahun; 2) menghitung kapasitas maksimum saluran drainase (Qc) di DTA Klitren; dan 3) mengevaluasi kapasitas saluran drainase berdasarkan nilai Qp dan Qc. DTA Klitren dibagi menjadi 5 Sub DTA dengan saluran utama untu menghitung kapasitas maksimum. Debit banjir (Qp) dihitung menggunakan metode rasional. Kapasitas saluran (Qc) ditentukan dengan metode slope-area. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saluran Jl. Klitren, Jl. Klitren Selatan, Jl. Tribrata, dan Jl. Langensari tidak mampu mengalirkan debit banjir maksimum masing-masing Sub DTA pada kala ulang 2, 5, dan 10 tahun. Hasil ini mengindikasikan terjadinya genangan pada 4 saluran drainase tersebut. Sedangkan saluran Jl. Kusbini dengan Qc 1.42 m3/s mampu mengalirkan Qp rancangan yang bernilai 0.24 m3/s, 0.34 m3/s, dan 0.42 m3/s.

2.  Karya ilmiah terdiri dari unsur-unsur : kata, angka, tabel, dan gambar yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
Jurnal tersebut memuat angka dalam penelitian sampel data, tabel Georgia Stormwater Management Manual (2001), dan gambar Peta Penggunaan Lahan DTA Klitren untuk mendukung data secara teratur.

3.  Karya ilmiah memiliki permasalahan dan pemecahan masalah yang menggunakan suatu alur pemikiran dalam pemecahan masalah
Jurnal “EVALUASI KAPASITAS SALURAN DRAINASE PERKOTAAN (Studi Kasus : Daerah Tangkapan Air Klitren, Gondokusuman, Yogyakarta)” memiliki permasalahan tentang perubahan lahan dari lahan alami menuju lahan terbangun. Lahan terbangun yang kedap air akan mempengaruhi siklus hidrologi yang ada. Lahan kedap air menyebabkan berkurangnya infiltrasi dan perkolasi pada tanah sehingga air lebih banyak ditransformasikan menjadi limpasan permukaan. Pemecahan masalah berupa pembangunan saluran drainase DTA Klitren dan mungkin juga sebagian besar wilayah perkotaan Yogyakarta dilakukan dengan pertimbangan perhitungan parameter hujan, kondisi dan fungsi lahan pada tahun perencanaan. Intensitas hujan dan penggunaan lahan mengalami dinamika seiring dengan waktu.

4.  Alur pemikiran tersebut tertuang dalam metode penelitian
Jurnal tersebut menggunakan metode penelitian dalam  menghitung debit limpasan (Qp) DTA Klitren dengan kala ulang 2, 5, dan 10 tahun; 2) menghitung kapasitas maksimum saluran drainase (Qc) di DTA Klitren; dan 3) mengevaluasi kapasitas saluran drainase berdasarkan nilai Qp dan Qc.

5.  Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis, kapasitas maksimum Saluran Jl. Klitren, Jl. Klitren Selatan, Jl. Tribrata, dan Jl. Langensari tidak mampu mengalirkan debit banjir maksimum Sub DTA 1, Sub DTA2, Sub DTA 4a, dan Sub DTA 4 secara berurutan, karena besar kapasitas saluran utama tiap-tiap Sub DTA tersebut lebih kecil dibandingkan dengan debit banjir maksimumnya pada kala ulang 2, 5, dan 10 tahun. Hanya Saluran Jl. Kusbini yang mampu mengalirkan debit banjir rancangan pada semua kala ulang, yaitu, 2, 5, dan 10 tahun.